Saat mengibaratkan sesosok CEO bagai raja dan ratu (baca: imperialis) dalam sebuah entitas besar seperti Media Citra Nusantara ataupun Lippo Group, ada baiknya kita membaca kisah Shakespeare ‘Henry V’ ataupun ‘Hamlet’. Betrayal could be everywhere in any format. Menyalib kawan bisnis di pengadilan atau meracuni minuman pesaing harus mengalir dalam darah seorang CEO. Kisah-kisah seputar pengusaha-pengusaha besar saat Orba yang tenggelam hari ini juga seperti membaca ‘Midsummer Night’s Dream’, di mana kelucuan itu terbaca dari tokoh-tokoh ‘supernatural’ Raja Oberon dan Ratu Titania yang dibantu karakter si ‘ada di mana-mana’ Puck.
Menikmati karya Shakespeare adalah saat menonton pertunjukannya dengan improvisasi masing-masing karakter oleh sang aktor. Menikmati karya sastra adalah membayangkan yang orang lain mungkin belum atau tidak akan memikirkannya. Please read between the lines…
Sosok Dayang Sumbi atau Bawang Merah yang diperkenalkan sejak kecil terkadang membuat saya heran. Secara ‘moral’, sosok ibu tiri dengan segala sifat dan sikap stereotipe ‘galak dan tidak sayang anak tirinya’ selalu ada di televisi kita. Sensualitas wanita jadi gunjingan di lift hingga di dalam berita-berita kriminal. Dan seterusnya, dan seterusnya…
Di lain pihak, ada aspek ‘kedaulatan finansial’. Kekayaan intelektual kita banyak yang belum terdaftar dan terekam baik untuk melindungi jati diri bangsa, ataupun ‘melindungi dapur’ sang pencipta. Belum ada di Indonesia dibuat skema insentif yang bisa membuat sang pencipta sejahtera loh jinawi sampai anak cucu.
Pasca-kisruh lagu Rasa Sayange, kantor Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan membuat program pendaftaran gratis di seluruh kantor pemerintah daerah. Gratis? Tunggu dulu.
Indonesia memiliki Kabayan yang ‘tidak bekerja tapi baik hati’. Sayangnya, sosok non-produktif hari ini banyak sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Suatu hari saya datang ke kantor Ditjen HaKI, diterima baik-baik oleh pegawai di lantai 2 di kantor Tangerang. Lega rasanya diterima dengan senyum manis sang petugas. Sayang, tak ada sepuluh menit berdiskusi, ia lalu meminta uang dua puluh kali lipat harga resmi jika ingin produk yang saya daftarkan selesai dalam 1 bulan. “Kalau ingin jalur resmi, silakan menunggu 1,5 tahun.”
Saya berada di loket yang salah, atau petugas itu yang salah idola?
Sandriani
Juni 2, 2012 at 9:03 pm
Lain kali kalau mau mendaftarkan sesuatu, kasih tau saya nanti saya kenalin sama law office haki yg bonafide, no needless mark-ups whatsoever, no need to give me commission or whatever.