Topik yang ingin saya angkat kali ini mungkin lebih baik dibahas oleh sahabat saya di kampus, Pak Joko, yang memang jagoan di dunia finansial dan investasi. Selamat malam, Pak. Maaf saya sebut-sebut, but do correct me if I misled everybody here, ‘K?
***
Saya tak ingin masuk ke detail masalah. Yang bisa saya kaji sebagai orang awam tentang The Fed mengintervensi bursa di Amerika Serikat adalah bahwa atas tindakan ini, investor akhirnya tergerak untuk membeli. Terjadilah rush pasar Asia yang buka lebih dahulu dari pasar Eropa, tentulah pasar Asia gain. Sedangkan pasar Eropa yang sedang lelap hanya mendapat “sisa” dari upaya The Fed ini. Di saat ini mungkin beberapa investor Eropa akan mengutuk, “Oh I wish the bloody world is flat, and the sun shines here earlier, waaay before Asia”
Di lain pihak, sore ini saya membuka beberapa situs berita internasional. Sebuah kebetulan atau tidak, kupasan Mas Ninok Leksono di halaman 1 di Kompas tadi pagi juga memfokuskan hal yang serupa tapi tak sama. Ah, all about China on filthy dirty economy system. Sebaliknya, situs berita Xinhua justru memberitakan Presiden Hu Jintao memberi ucapan selamat tahun baru bagi rakyatnya. Pastinya dengan harapan “more prosperous year to come.”
Sementara itu di belahan dunia yang merasakan matahari kemudian, Footsie (FTSE) adalah bursa yang turut merasakan kecutnya Asian rush. Pagi ini (or at the moment I am typing this writing) Bank of England tetap keukeuh untuk tidak menanggung beban pasar Amerika (alias tak ingin ikut-ikut turunkan tingkat suku bunga). Gubernur the Bank of England, Mervyn King menyatakan bahwa “There is a risk that weaker activity and lower asset prices could result in another round of losses for banks and a further tightening of credit conditions.” (independent.co.uk, 23 Januari 2008)
Bermain di kepala saya betapa sistem perdagangan internasional kian memberi bentuk tersendiri bagi peradaban negeri ini. Kelesuan pasar Asia beberapa waktu terakhir dengan agflasi sebagai salah satu pemicunya mulai bergeliat setelah kejadian ini. Hanya kemudian kita tak boleh terlena. Saya mungkin salah, tapi kampanye negatif media massa atas geliat ini juga harus diwaspadai. China atau India adalah topik paling seksi dibahas selama dekade ini. Jika kedua pasar besar sekaligus juga produsen besar di berbagai sektor ini kemudian menjadi topik atas limbah industri dan sistem pengelolaan pangan ekspor yang tidak sehat hari ini, saya tidak melihatnya sebagai sebuah kebetulan belaka. Oh yeah, it’s just a plain vanilla war, another kind perchance. We’re in a war time economy, or maybe economy war time? Let’s ask Mr Bush.