RSS

Business Incubation

19 Feb

Istilah “inkubasi bisnis” ini dipakai di beberapa badan penelitian khusus bisnis startup yang terkait erat dengan bidang teknologi. Menarik, karena yang berinkubasi itu kalau tidak bakteri, burung, ya bisnis. Bisnis bisa menjadi penyakit? Atau bisnis bisa terbang jauh? Bakteri penyakit adalah entitas terkecil yang bisa “terinkubasi” yang kemudian bisa membantu mengelola sampah (waste management). Telur burung yang”diinkubasi” adalah telur yang ingin ditetaskan lebih cepat. Bagaimana dengan sebuah entitas bisnis?

Secara khusus inkubasi atau penetasan atau pengeraman adalah proses mendukung sebuah bisnis awal (startup business) yang diakselerasi agar bisa menuntaskan segenap masalah sumber daya dan layanan. Harapannya adalah entitas bisnis ini kemudian bisa mandiri juga kuat mengatur masalah finansial. Manajemen inkubator biasanya juga telah memiliki jaringan yang luas untuk membantu merancang dan mengembangkan layanan entitas bisnis ini. Biasanya entitas yang telah selesai diinkubasi adalah entitas yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, merevitalisasi kehidupan lingkungan, mengkomersialisasikan teknologi baru, dan memperkuat ekonomi lokal hingga nasional.

Ada dua catatan khusus untuk inkubasi bisnis ini. Keduanya diawali dari ruang sekolah dari SD hingga kuliah. Yang pertama adalah tingkat inovasi teknologi tidak tinggi. Selanjutnya adalah masalah kewirausahaan di tingkat perguruan tinggi yang hanya sebatas teori.

Khusus hal pertama, kurikulum sekolah masih mengutamakan “anak sebagai operator alat” bukan “anak sebagai inovator alat”. Contohnya adalah buku wajib anak SD hingga SMP tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). TIK adalah terjemahan langsung dari Information and Communication Technology. Dua buah teknologi yang hari ini berkonvergensi. Di saat matematika memiliki sifat statis (1 + 1 = 2 atau 2 – 1 = 1), maka perkembangan kurikulum TIK haruslah dinamis. TIK mengenal 2 + 1 bisa menjadi 1.000 karena “kawan” dari 1 di sebelah sana adalah 997 karena mereka berjaringan secara virtual. TIK juga mengenal siklus hidup yang cepat; bagaimana telepon genggam sepuluh tahun lalu bukanlah telepon seukuran sekarang dengan fasilitas kian beragam. TIK juga mengenal sejarah platform yang kaya: mulai dari komunikasi asap, menghitung dengan sempoa hingga komunikas satelit dan menghitung hitungan rumit dengan rumus template.

convergence.jpg

Pengertian mendasar tidak diajarkan untuk anak-anak negeri ini. Silakan simak buku wajib anak SD kelas 1 hingga 6. Betapa buku-buku TIK ini berisi “bagaimana mengenal Microsoft Paint” seperti manual penggunaan satu piranti lunak yang harus dimengerti selama 6 tahun! Memasuki SMP, yang diajarkan adalah internet secara kaku: mengenal fasilitas email dari Yahoo. Tak diajarkan konsep Web 2.0 secara mendasar.

Sehingga terbayang di kepala saya, memang anak-anak kita diajarkan untuk menjadi “tukang” bukan “inovator“. Buku tentang praktek mengenal kekayaan alam di segala topik (struktur tanah, sejarah Mesir dan Cina, energi, dan masih banyak lagi) hanya bisa didapat di toko buku Borders, Singapura atau yang lebih tipis berbahasa Indonesia hanya di Gunung Agung Kwitang terbitan Mandira Jaya Abadi (Semarang).

Jika sebuah usaha startup adalah sebuah makhluk hidup yang disamakan dengan bakteri atau telur, atau bahwa usaha Anda itu masih kecil dan rentan terhadap segala masalah, saya sebagai orangtua harus mampu melakukan inkubasi terhadap anak sendiri agar bisa menetas dan mentas (naik pentas) dengan baik.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 19, 2008 inci bahasa, business, education, language

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: