RSS

Matinya Televisi Terestrial: TVRI 4.1?

11 Mar

Judul ini saya tak suka, karena tak ada media yang mati; hanya fungsinya menjadi obsolete alias kadaluwarsa. Pager dan teleks adalah dua media berkomunikasi yang fungsinya diperbaharui oleh telepon selular dan mesin faks. Jangan tanya jika mengirim faks ternyata tak lagi sepraktis mengirim email dengan 45 Mb lampirannya (attachment). Jangan tanya lagi kalau nanti mengirim lampiran itu juga tak lagi nyaman karena file-sharing sudah menjadi bagian berinternet-ria kelak. “Hey, buka saja slideshare dot sekian sekian, bahan presentasi saya ada di sana semua.”

Baik, kembali ke televisi terestrial.

Lativi berubah jaket menjadi TVOne mengikuti nama pemiliknya, lalu terpolarisasi dengan stasiun televisi terestrial lain. Beware, integrasi horizontal televisi-televisinya harus diterjemahkan ke dalam visi yang lebih dari sekadar hari ini. Beware, buatlah model bisnis yang lebih integral. Beware, restrukturisasilah semua aset (program on air ataupun bukan) dalam sebuah pemikiran multi-fungsi vertikal, tak hanya horizontal. Tak bisa tidak, polarisasi ini tak boleh hanya mengecilkan biaya operasional (efisiensi) tanpa memikirkan integrated profit.

Peta persaingan televisi terestrial di Jakarta sudah jelas terbaca. Di tengah riuh-rendah televisi baru yang lahir dari semangat lokal atau sekadar kocek berlebih, sesungguhnya pemainnya tak lebih dari lima saja. Kembali ke zaman RCTI baru muncul. Bedanya memang hari ini ada puluhan biro iklan dan talent agency serta ratusan talent itu.

Era pertama (1.0) adalah saat TVRI (bersama RRI) menguasai angkasa negeri ini.

Era kedua (2.0) adalah saat RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan Indosiar turut meramaikan dunia penyiaran Indonesia.

Era ketiga (3.0) adalah saat Metro TV, Lativi (AKA TVOne), Global TV, TV7 (AKA Trans7) dan TransTV turut memperkeruh kolam persaingan televisi terestrial.

Era hari ini (4.0) adalah saat TV lokal menyerbu di daerah-daerah (bahkan di Jakarta) yang kemudian turut terpolarisasi secara alamiah.

Era 4.1? This is the diminishing return era. Bend a little one way or the other. Leave your mind open to discover. Or soon you’ll be gone.

Semua stasiun televisi terestrial (menggunakan frekuensi UHF atau VHF untuk bersiaran) tidak akan mati, tapi akan menyesuaikan diri. Saat ini saya lebih menyukai YouTube untuk memanjakan mata dan telinga. Hari ini juga CBS dan NBC sudah goes online dan memungut biaya untuk menjual programnya serialnya yang jadoel seperti Star Trek ataupun serial terbarunya The Office. “The [Office] episode attracted a broadcast audience of 9.7 million people, according to Nielsen Media Research. It was also streamed from the Web 2.7 million times in one week…” A chunk of content of a big streaming buck, you bet!

ist2_3001428_green_media_icons.jpg

Saya bukan penonton yang tergantung dengan remote control lagi. Saya adalah penguasa atas apa yang mau saya tonton. Jutaan tontonan, saya tinggal google saja. Ya toh?

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Maret 11, 2008 inci business, e-commerce, global industry, media

 

2 responses to “Matinya Televisi Terestrial: TVRI 4.1?

  1. thea

    Maret 13, 2008 at 8:37 am

    Tapi kalo dengan streaming, gambarnya gak terlalu bagus, kadang suka patah2, trus layarnya kecil alias gak segede tipi konvensional, dan ga bisa sambil tiduran plus leyeh2:))

     
  2. Mila

    Maret 13, 2008 at 11:34 pm

    Patah-patah masalahnya ‘kan cuma bottleneck ajah. (Singapura cuma kasih kita segaris lajur padahal dia jalan tol ke Amrik)
    Kalau soal tipi konvensional, sekarang di ITC Mango 2 semua toko game PS sudah pakai flat screen gila ya? Ngimpi aja bisa berikan kenyamanan itu untuk anak sendiri nih!

     

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: