Anak saya bertanya pagi ini, “Ibu, anak Papua tidak pakai sandal; jorok ya?”
“Mereka tidak punya uang untuk membeli sandal,” jawab saya.
“Anak Papua tidak takut kakinya luka?”
Saya terdiam. Inilah nilai seorang bocah Jakarta yang tak pernah merasakan kenikmatan berlari dengan kaki telanjang di rerumputan atau berenang di kali bening. Saya teringat dahulu hampir setiap bulan bermain di Puncak, tepatnya di Taman Cibodas (sekarang bernama lengkap Kebun Raya Cibodas). Menghirup udara hutan yang segar dan bermain air sungai yang dingin. Ada juga tanaman liar berbunga kuning yang baunya menyengat (saya tak ingat namanya apa, tapi biasa untuk dikeringkan dan menjadi sari bunga buatan).
Seingat saya juga, dahulu saya jarang sakit. Hari ini hampir setiap enam bulan anak saya sakit batuk atau pilek atau diare atau kombinasi semuanya (dan kata Prof Arwin Akib dari RSCM harus diwaspadai jika anak sakit panas empat kali dalam setahun). Rasa udara segar Jakarta pertengahan tahun 1970-an pernah kembali saat tiap hari hujan menerpa Jakarta sebulan terakhir. Sejuk di pagi hari… sepanjang hari.
Saya yakin hari ini sakit pernafasan kian meluas dan menjadi-jadi di kota ini. Buktinya, kerabat saya yang tinggal di Kayu Putih sudah 2 minggu ini batuk yang gatal dan terasa dahak kental mengganjal tenggorokan (tapi tak mau keluar). Hal sama dialami kerabat saya di Tebet. Beberapa kawan saya pun bilang anak mereka menderita batuk dan pilek tak henti.
Ada kemungkinan virus apapun namanya menjadi mutan. Ada juga kemungkinan bukan virus tapi bakteri. Ada juga masalah sanitasi yang buruk. Prof Arwin kerap menekankan, “Sumber penyakit itu di rumah sakit atau pasar becek.” Saya malah mau tambahkan, “Ada di udara kota ini, Prof.”
Mengerikan, dahulu sepertinya semua informasi tentang endemi epidemi ataupun masalah kesehatan masyarakat bisa dengan mudah didapat di kota ini. Hari ini terlalu banyak sinetron atau acara dansa-dansi tidak jelas. Hari ini berita politik merajai jam pagi dan sore hari. Tak ada iklan layanan masyarakat (ILM) yang “wajib relai” di seluruh media massa kita. Mungkin ada “uang yang diselundupkan” ke kocek pribadi di saat ada anggaran pemerintah untuk membuat ILM. Atau mungkin UU 32/2002 yang mewajibkan alokasi 20% ILM dari jam iklan itu hanya guyonan?
Hati-hati penyakit menular batuk disertai gatal. Jangan berikan sembarang antibiotik. Prof Arwin memberikan resep obat Bactrim untuk anak saya; dan rasanya lebih menolong dibanding kerabat saya yang telah dua kali berganti antibiotik biasa dalam dua minggu terakhir ini.