RSS

Green Festival–eh salah–Green Ceremonial!

20 Apr

Pagi ini saya kesal sama pegawai tetangga yang merusak tanaman sirih yang merambat di pagar “bersama”. Saat ia mencerabut akar, saya langsung berteriak “Aduh!” Setiap hari saya sirami, saya kagumi hijaunya daun dan semilir bau sirih. Saat dirusak, rasa sesak di dada langsung terasa.

Seperti rencana saya dan suami kemarin (juga karena ingin mengendapkan rasa kesal pagi ini) siang ini kami mengajak anak-anak ke acara Green Festival di Parkir Timur Senayan. Sesampai di sana, karena sesaknya manusia, saya langsung komentar, “Ah ini dia rasanya global warming di Jakarta.” Tak ada yang bisa saya dan keluarga “nikmati” kecuali sekilas branding produk Unilever yang mensponsori acara ini. Inilah cara kreatif bisnis global melakukan CSR-nya. Menempelkan label “go green” untuk produk-produk yang sesungguhnya justru mencemari negeri ini. Bayangkan gencarnya iklan satu produk saja setiap hari di televisi. Bayangkan juga berapa orang terbuai rayuan mautnya untuk membeli produk itu setidaknya dalam minggu ini. Bayangkan juga satu juta sachet deterjen seribu perak saja terbeli dalam satu minggu. Cukup panjang busa mengalir di Kali Ciliwung yang memang sudah hitam pekat.

Keluar dari zona global warming itu, yang dibagi-bagi dengan kelompok ruangan (ada halaman, garasi, ruang keluarga, ruang kerja hingga kamar mandi), saya sekeluarga bergegas ke bazaar minuman-makanan. Anak saya merengek kehausan. Yang masuk akal hanya loket Buavita (yang bungkusnya harus dibuang setelah minum, bukan?). Di sekitar bazaar itu segala rupa bungkusan makanan dan gelas plastik minuman tercecer hingga ke pintu keluar (mengapa juga ditulis dengan istilah “exit”?). Di pelataran parkir, sampah menumpuk lebih serius lagi.

Saya menyerah!

Segera saya ajak anak-anak saya pulang tanpa memberi pengalaman berarti untuk mereka. Dalam perjalanan pulang kami bertemu ratusan pendemo “bubarkan Ahmadiyah” di depan Istana Negara. Yakinlah sore hari nanti akan banyak sisa bungkusan makanan dan minuman yang tentunya memberikan ekstra-pekerjaan bagi petugas penyapu jalan yang dibayar tak seberapa itu. Ah…

Dipikir-pikir, inisiatif festival hijau adalah baik, namun di sisi lain acara ini hanya urusan komersial semata. Panitia beriklan heboh, tapi tidak mengukur membludaknya warga Jakarta yang berminat dan berharap banyak dari acara ini. Berbagai produk konsumsi dipajang atas nama cinta lingkungan, sementara yang datang tak disediakan tempat membuang sampah yang layak. Argumen suami saya, “Tak ada yang salah dari panitia karena yang membuang sampah lebih banyak dari tong sampah yang ada.”

Ya, memang tak ada yang salah. Toh, negara ini memang punya tong sampah paling besar di dunia. Makanya banyak bus bekas, komputer bekas, hingga baju bekas yang diimpor legal dan ilegal ke sini. Tak ada yang salah dengan acara-acara atas nama lingkungan (atau atas nama anti-Ahmadiyah). Toh, ini cuma pesta akhir minggu. Di akhir pesta selalu ada yang membersihkan sampahnya.

Besok sudah Senin lagi, kawan! Selamat istirahat ya…

 
5 Komentar

Ditulis oleh pada April 20, 2008 inci public policy

 

5 responses to “Green Festival–eh salah–Green Ceremonial!

  1. ocha

    April 21, 2008 at 4:37 pm

    Jadi ngerti acara kemarin kayak gimana. coba kalu di jogja, pasti pergi deh aku. Saya orang paling skeptis sama klaim green perusahaan2. kecuali ilmiah n ada ISO 14000 nya. kalo cuma hanya menaruh tulisan peduli lingkunga, tapi produk sendiri ngerusak lingkungan sm aja. ato produknya ramah lingkungan tapi ehh proses produksinya malah merusak. hufff

     
  2. Mila

    April 22, 2008 at 9:19 am

    iya :))) kenapa juga tong sampahnya kurang banyak… (kenapa juga enggak dididik manusianya ya?)

     
  3. Tante Vira

    April 25, 2008 at 12:23 pm

    Ahhh, gw juga dah mikir2 mo pergi, tapi setelah kalkulasi ringan gimana bakalan bludaknya tempat itu ama orang2 Jakarta (baca: Indonesia) yang rindu ama hiburan gratis, batal deh. Plus, go-green hype yang disebar ama produk2 yang gak “green” rada2 sama ama cerita Roy Marten yang jadi duta anti narkoba tapi ‘make’ juga, or Aa Gym yang ‘selingkuh’ juga (hehe ada pasti yg protes nih).

     
  4. Mila

    April 26, 2008 at 7:46 am

    The last guy you mentioned, Pi… he must’ve perked it up a bit!

     
  5. henny rolan

    April 28, 2008 at 10:05 am

    Green Fest banyak kekurangannya, tapi di antara sampah-sampah itu, ada juga harapan Indonesia yang lebih baik… Wah, semoga kalau di acara-acara yang mirip begini… bener-bener Ikhlas Beraksi untuk Bumi.

     

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: