Kalau ada aktivis murni bekerja untuk kemaslahatan orang banyak, saya salut. Tapi kalau ada aktivis yang memojokkan China (baca beritanya di sini) dengan menodong korporasi global, mungkin saya harus berpikir ulang. Masalahnya jika Sudan membeli senjata dari China, dan China tahun ini menjadi tuan rumah Olimpiade 2008, lalu mengapa waktu Amerika menyerang Irak tahun 2003, tak ada organisasi penekan (baca: pressure organization) yang mengharamkan agenda genosida terselubung ini? Jawabnya jelas, banyak kegiatan aktivis anti-kekerasan yang uangnya bermuara dari Amerika Serikat. Mungkin hanya Michael Moore yang berani membuat buku dan film tentang skandal emas hitam (baca: minyak) yang menjadi pemicu serangan ini (bukan senjata pemusnah massal).
Gugatan Mia Farrow atas nama Darfur adalah sah dan menggugah hati siapa saja. Perang dan senjata tidaklah identik dengan negeri bernama China. Tukang pamer senjata kelas dunia adalah Amerika Serikat itu sendiri. Kompleksitas industri senjata di negeri itu sungguh amat menyesakkan dada; hingga anak sekolah bisa memberondong kawan sekolahnya karena kesal.
Saya selalu melihat masalah dari kacamata persaingan, termasuk masalah Mia Farrow ini. Jika China (atau Korea Utara atau Afghanistan) tidak “membentengi diri” dengan amunisi dan perangkat memadai, mungkin Amerika Serikat menjadi satu-satunya negeri yang paling jumawa di dunia ini. “I am the king of the universe. Yang lain ‘ngontrak.”
Terakhir, lirik lagu John Lennon bernyanyi di kepala saat ini…
Imagine all the people
Living life in peace…