Sepuluh sekolah pemikiran adalah pembagian dalam manajemen strategis dirumuskan oleh Mintzberg:
1. The Design School. Ini adalah sekolah pemikiran yang melihat pembentukan strategi sebagai sebuah proses konsepsi.
- Pendekatan: Strategi yang jelas dan unik adalah sebuah proses yang terencana secara sengaja. Dalam proses ini, situasi internal organisasi disesuaikan dengan lingkungan eksternal.
- Pemikiran dasar: Arsitektur adalah metafora.
- Secara singkat: “Bangun yang sesuai saja”
- Kontribusi: Keteraturan, pengurangan ambiguitas, kesederhanaan. Berguna dalam lingkungan yang biasanya stabil. Mendukung kepemimpinan yang kuat dan visioner.
- Keterbatasan: Simplifikasi mengaburkan realitas. Strategi memiliki banyak variabel dan biasanya sangat kompleks. Pembelajaran dilupakan. Tidak fleksibel. Lemah di lingkungan yang dinamis. Memiliki risiko penolakan (perilaku yang tidak diinginkan/dirancang)
- Dikenal dengan: SWOT Analysis – Model Misi Ashridge
2. The Planning School. Ini adalah sekolah pemikiran yang melihat perumusan strategi sebagai proses formal.
- Pendekatan: Beberapa langkah cepat akurat diambil, dengan melihat analisis situasi hingga pelaksanaan strategi.
- Pemikiran dasar: Perencanaan urban, teori sistem, kibernetiks.
- Secara singkat: Strategi harus seperti mesin, bakukan!
- Kontribusi: Memberikan petunjuk jelas. Memungkinkan alokasi sumber daya yang jelas. Analis mampu melihat lebih awal beberapa fakta, dan mereka mampu menentukan beberapa strategi. Kendali.
- Keterbatasan: Strategi menjadi statis. Risiko timbul dari pemikiran kelompok. Memprediksi adalah kesulitan. Manajer puncak harus menciptakan strategi dari awang-awang. Strategi menjadi bagian dari hal yang tak terukur.
- Dikenal dengan: Teori Sistem Mekanistik dan Organik, Perencanaan Skenario, Mesin Kendali.
3. The Positioning School. Sekolah pemikiran ini melihat perumusan strategi sebagai proses analitis.
- Pendekatan: Menempatkan sebuah bisnis dalam konteks industrinya. Melihat bagaimana organisasi bisa meningkatkan posisi strategisnya dalam industri tersebut.
- Dasar pemikiran: Organisasi industrial dan strategi militer.
- Secara singkat: Analisis! Tak ada yang bukan fakta, Pak!
- Kontribusi: sekolah ini membuat Manajemen Strategis sebagai sebuah sains, sesuatu yang mampu menjembatani hari ini dan masa depan. Menyiapkan isi pemikiran yang sistematis terhadap cara pandang hari ini terhadap strategi ke depan. Fokus pada fakta (ekonomi) yang akurat dan detail. Terutama berguna di tahap awal pengembangan strategi, saat data dianalisis.
- Keterbatasan: Sekolah Perencanaan. Mengabaikan kekuasaan, politik, budaya, dan elemen sosial. Bias terhadap perusahaan besar. Berorientasi pada angka semata.
- Dikenal dengan: Keunggulan kompetitif. Kekuatan Lima. Rantai nilai. Matriks BCG. Teori Permainan. Sun Tzu, Seni Berperang.
4. The Entrepreneurial School. Sekolah ini melihat perumusan strategi sebagai proses visioner.
- Pendekatan: Proses visioner dijalankan dalam pemikiran sang pemimpin atau founder yang karismatik dari sebuah organisasi. Sekolah ini menekankan proses dan tahapan mental: intuisi, pengambilan keputusan, pemikiran bijak, pengalaman, dan ide.
- Dasar pemikiran: Ekonomi.
- Secara singkat: Pandang jauh ke depan! Pemilik adalah arsitek dari strategi.
- Kontribusi: visi dan seorang pemimpin yang visioner bisa membantu organisasi melalui badai. Biasanya di tahun-tahun awal yang sulit bagi organisasi. Memberikan arahan yang umum. Fleksibel dan mawas dalam detail.
- Keterbatasan: Berjalan dengan arahan yang sudah ditentukan an sich bisa membutakan orang terhadap bahaya potensial atau perkembangan tak terduga. Bagaimana menentukan pemimpin yang cocok, sementara banyak prasyarat kualitas yang harus dipenuhi seorang pemimpin? Pemimpin yang visioner dan berjiwa usaha biasanya memiliki kecenderungan terlalu jauh. CEO adalah pekerjaan yang sangat menentukan dalam perspektif ini.
- Dikenal dengan: Entrepreneurial Government – Tujuh Faktor Mengejutkan bagi CEO Baru – Gaya Memimpin
5. The Cognitive School. Sekolah ini melihat perumusan strategi sebagai proses mental.
- Pendekatan: Menganalisis bagaimana orang mengenal pola dan proses. Mengkonsentrasikan pada apa yang terjadi di dalam pemikiran seorang pemikir strategis, dan bagaimana ia memproses informasi.
- Dasar pemikiran: Psikologi.
- Secara singkat: Frame! Saya akan lihat saat saya mempercayainya.
- Kontribusi: Melihat strategi sebagai proses kognitif di dalam pemikiran perancang strategi. Strategi muncul sebagai konsep, peta, skema, dan pigura dari realitas. Menekankan pada sisi kreatif dari proses strategis. Kuat di tahap seorang strategis perorangan. Berguna untuk menjelaskan mengapa pikiran kita tidak sempurna.
- Keterbatasan: Tidak praktis di luar tahap konseptual. Tidak praktis saat mencerna ide atau strategi yang hebat. Tidak berguna hari ini untuk mengarahkan proses strategi yang berbarengan/kolektif.
- Dikenal dengan: Model Otak Keseluruhan – Jendela Johari – Groupthink – Bias Kognitif – Indikator Tipe Myers-Briggs
sampai di sini dulu, menarik kok tapi…
saya bersin-bersin tak karuan, sudah kena flu rupanya
disambung kalau sembuh ya *hatchoooh*
ada lima lagi… *haaaa…a a a a…* here goes:
6. The Learning School.
7. The Power School.
8. The Cultural School.
9. The Environmental School.
10. The Configuration School.
* Tulisan ini bisa diterjemahkan dari tulisan yang dikompilasi oleh 12manage.com. Good website. Very informative.
Blogger
Mei 29, 2008 at 5:35 am
Nice BLog
Please Visit Me Back