Insomnia membuat saya tambah pusing, bukan karena kurang tidur tapi karena mendengar Radio Elshinta malam ini. Antara tertawa geli tapi miris. Dinas Pendidikan di setiap daerah akan dibuat repot kali ini untuk bagi-bagi BLT bentuk lain untuk mahasiswa. Rektorat di perguruan tinggi juga dapat pekerjaan baru mendata mahasiswa miskin.
Beasiswa, namanya, tapi kenapa uang itu bisa dipakai untuk apa saja? Bukan untuk tuition fee di perguruan tinggi yang katanya jumlahnya 2550-an itu. Mahasiswa yang akan diberikan BLT model baru ini katanya sejumlah 400 ribu, dan tiap orang dapat Rp 500 ribu per semester. Berlaku hanya untuk mahasiswa yang kuliahnya tinggal 3 semester terakhir. Caranya ajukan ke perguruan tinggi masing-masing. Halah?! Waktu jadi mahasiswa, mungkin saya akan terlalu gengsi mengaku miskin.
Bapak Fasli Jalal, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas RI bisa jadi insomnia seperti saya. Bukan karena di kamarnya banyak nyamuk nylonong walau sudah di-Baygon sebelumnya. Sepertinya beliau harus sosialisasi sedini mungkin untuk menyalib rencana mahasiswa yang mau berdemo besok. Tadi sore mobil saya papasan dengan rombongan mahasiswa arah barat ke Istana. Menuju Thamrin, ketemu rombongan mahasiswa juga dari arah Medan Merdeka Selatan. Lanjut ke Sudirman, ketemu lagi dari arah Diponegoro. Ekskalasi demo ini saya rasakan di sore hari, macet di Casablanca sehingga saya harus memutar ke arah Saharjo. Menjauh dari titik pertemuan demo adalah tindakan paling aman.
Diskusi Elshinta kemudian berlanjut ke pembahasan “pinjaman uang 250 trilyun tanpa bunga, tanpa jaminan” dari Lembang. Dari beberapa penelepon yang sama insomniaknya seperti saya, mereka mulai berhayal mau dikemanakan uang itu dan membuat mereka permisif “mungkin saja ada harta karun jaman Belanda, kerajaan Siliwangi jaman dulu dll.”
Efek bola salju dari kenaikan BBM membuat semua orang jadi berpikir tidak waras. Birokrat membuat peraturan petasan injek. Masyarakat berhayal dapat uang dari Lampu Aladin. Mahasiswa demo eh kok mau dididik jadi tukang minta-minta.
Hiperealistis?
Hiporealistis?
Tidak jelas. Sementara efisiensi di birokrasi juga masih hayalan siang bolong. Minggu lalu saya dengar ada pembukaan tender untuk pengadaan jasa event organizer di satu departemen untuk sosialisasi 3 (tiga) bulan di tahun ini. Tahu berapa nilainya? Delapan GODDAMNED milyar!
Saya malah salut dengan penelepon terakhir yang bilang seperempat APBN itu kebohongan, mengapa Elshinta tidak mengangkat ini malah mengorek terus isu gosip ini. Penyiarnya gagap. Saya tertawa dalam hati. Memang semua orang jadi gagap bahkan super-duper tidak waras pasca-naiknya BBM ya?
Tante Vira
Juni 9, 2008 at 2:29 pm
aduuuhhhhhh yg namanya proyek tuhhh, angkanya gede, kucurannya gede, alhasil jatah proyeknya se-umil. capek dehhh gw kalo berurusan ama birokrat mulai dari tingkat tinggi ampe yang golongan printil.
soal BBM ituuu… kira2 harta karun kosmetik gw laku dilego gak yaahhh?