Perjalanan empat jam dari Palangkaraya ke Banjarmasin untuk mengejar pesawat terakhir (karena pesawat dari Palangkaraya selesai jam 2 siang, dan tak mungkin terkejar), bukanlah perjalanan yang melelahkan. Sepanjang Jalan Raya Trans-Kalimantan ini dataran hijau dan langit biru dengan awan putih bersih sungguh menyegarkan mata. Tak akan saya temui keindahan ini di keseharian Jakarta.
Malam ini, kembali dari Banda Aceh, pemandangan yang sama pun saya nikmati. Panas menyengat sepanjang siang bukan halangan untuk berkegiatan penuh. Didukung dengan semua warung tutup, bahkan KFC dan Pizza Hut pun baru buka menjelang magrib, berbuka puasa di tengah jalan adalah hal mustahil. Pemandangan indah sekeliling bandara yang dikelilingi bukit juga menghapus lelah sepanjang hari, sepanjang malam berkegiatan di kota yang telah rapi dari sisa tsunami ini. Jelang matahari terbenam, di dalam pesawat transit di Medan, nikmat berbuka puasa sungguh terbayar dengan tunai. Tiba di Jakarta untuk perjalanan esok ke Mataram, harapan saya hanya satu: melihat pantai bersih hingga memainkan kaki di atas pasir putih.
Subhanallah.