RSS

When in doubt, challenge the strategy, not the tactics

21 Sep

Malam ini saya belajar lagi dari blog Seth Godin (klik sini). Kalimat ini berlaku saat sebuah korporasi bingung menetapkan format iklan untuk sebuah kampanye. Skala mengkritisi brosur seperti yang disampaikan Seth Godin ini berlaku antara “great!” lalu “cuma ganti ukuran font…” hingga “untuk apa membuat brosur?”. Sejenak memang Seth Godin bisa memberikan pencerahan atas tindakan korporasi ini. Saya malah melihat “beyond advertising strategy” yang bernilai komersial. It is beyond that.

Terkadang kita melihat sebuah kampanye iklan itu dalam kerangka detail, hingga satu eksekutif bisa bertengkar hebat dengan eksekutif lain tanpa akhir. Saya pernah duduk di satu rapat yang cukup produktif menghasilkan detail kampanye iklan (waktu itu kami mau merumuskan tagline bagi Liputan 6 yang baru lahir).  Mbak Indrit, waktu itu direktur operasional, dengan cantik dan renyah mengarahkan kami memikirkan tagline itu. “Ayo kita urutkan bahasa Inggrisnya dulu, nanti kita cari bahasa Indonesia-nya”, keluar dari bibir Mbak Indrit yang lulusan Boston University itu. Dari arahan yang sangat sederhana itu, kami bisa menghasilkan tagline “Aktual, Tajam, Terpercaya” yang masih digunakan hingga hari ini, sudah lebih dari 16 tahun lamanya.

Disalib oleh Metro TV yang melulu menayang program berita, lalu hari ini oleh TVOne, SCTV kemudian harus berpikir ulang untuk mempertahankan program beritanya. Tak sekadar memindah jam tayang lebih awal atau mengganti setting studionya. Secara sederhana saya melihat persaingan news source dalam sebuah manajemen stasiun televisi (terutama yang memiliki tiang pemancar di banyak provinsi) ada dalam kajian kompetisi yang sehat:

1. Metro TV tak lagi memonopoli berita, walau telah mendominasi dengan berbagai format dan kerjasama. Satu rumor internal menyatakan program “Kick Andy” adalah program filantropis sang pemilik TV, karena terbukti setiap tayang program ini bleeding, tak bisa menghasilkan profit. Program pencitraan ini menjadi penting dipertahankan Metro TV agar tetap berdiri dengan tegak melawan head to head dengan TVOne.

2. Sejak berubah nama karena berubah kepemilikan (heck, another point to discuss later!), TVOne juga tak lagi berniat menjadi TV olahraga. Satu hal pasti, membeli hak siar Liga Inggris atau liga-liga terbaik dunia adalah mahal. Memproduksi berita, dengan kesiapan infrastruktur di setiap daerah, tentu lebih menguntungkan. Jika telah membuat format yang menarik perhatian, seperti Tina Talissa yang mengingatkan saya dengan gaya Ira Koesno waktu itu, TVOne kemudian mencuri porsi pemangsa berita di malam hari dari Metro TV.

3. Bagaimana dengan SCTV yang masih berkutat dengan “all-you-can-watch TV station”? Percayalah bahwa “Liputan 6” sudah menjadi merek sama kuatnya dengan “Headline News”, namun saya pribadi lebih menunggu update berita setiap jam dari Metro TV daripada sekadar duduk di sore hari menonton Liputan 6 secara penuh. Apakah SCTV akan mengubah strateginya, mengikuti dua TV berita di atas, ataukah akan membuat terobosan lain sebagai televisi dengan tayangan segala rupa?

Not so fast, kita lihat dulu beberapa latar belakang sebuah stasiun TV.

Kembali ke Seth Godin dan frasa yang dituturkan di artikelnya (lihat judul di atas), saya kemudian melihat bahwa ada beberapa hal jika ingin menilai stasiun televisi berita yang baik:

1. Skala ekonomi dan cakupan ekonomi dari pengumpulan dan pendistribusian berita yang bisa menekan biaya produksi di daerah-daerah hingga meningkatkan akses ke berita internasional;

2. Akses untuk manajemen berita yang lebih baik (dari luar negeri dan media lain) serta talenta terbaik (seperti jurnalis dan presenter andal);

3. Peningkatan akses ke modal asing untuk membantu alat perangkat pemberitaan tanpa mengganggu akses editorial;

4. Peningkatan akses ke teknologi pengumpulan, pendistribusian serta penyuntingan berita akurat dan cepat.

Dari sini, dan dari analisis kompetisi terhadap 2 stasiun televisi berita (lapis pertama untuk dikaji) dan ratusan televisi lokal-nasional lain (sebagai lapisan kedua yang dikaji) yang harus dilihat SCTV akan memberikan satu pandangan baru.

1. Jika ingin menjadi stasiun berita penuh nomor 3, SCTV harus berani menjadi nomor 3 dari televisi berita yang tak banyak dapat kue iklan gado-gado. Kelak stasiun TV akan mendapatkan banyak cipratan iklan kampanye partai atau kandidat presiden, tapi jika dibagi 3, akankah cukup untuk operasional sehari-hari?

2. Jika tetap ingin menjadi “all-you-can-watch TV station”, sepertinya SCTV juga harus mengembangkan merek “Liputan 6” dengan langkah lebih strategis lainnya. Sekarang program ini memang sudah masuk ke internet dan handphone masyarakat kita, yang saya pikir masih terbatas secara format dan akses. Apakah sudah dipikirkan pengembangan platform lain? Give you a hint: transmitted via satellite, dedicated 24 hours like Astro Awani, and free-to-air or placed in basic package… another platform, another resources for undecided voters?

Yeah right…

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: