Jelang Pemilu dan Pilpres 2009, yang menarik dicatat, dan sudah sering didiskusikan dan dijadikan bahan politiking domain KPU, adalah masalah arus uang masuk ke partai. Jika di Amerika Serikat ada acara khusus penggalangan dana bagi Hillary Clinton yang mau maju jadi capres, dan acara ini dikelola secara transparan dan terpantau baik, bagaimana di Indonesia? Hmmm… banyak cara dan banyak bolongnya di peraturan KPU.
Salah satunya, ya… pernah dengar investasi lukisan atau tanaman super-langka? Huh? Kenapa juga berlian harganya setinggi langit. Plain supply and demand thingy. Huh again?
Jawabannya: karena berlian permintaannya banyak (para ibu sosialita dunia), dan penawarannya sedikit atau sulit (mulai dari menggali hingga mengasah dan mendesainnya). Mengapa juga hanya ada De Beers? Ini panjang ceritanya, tapi yang pasti ada kurva penawaran-permintaan semu yang terjadi di sini hingga Pemerintah Amerika Serikat pun pernah menginvestigasi masalah ini.
Nah, dari kurva semu ini, bisa jadi lukisan dan tanaman langka adalah obyek selanjutnya. Karya Monet, Picasso, atau Affandi tentu tak akan bertambah banyak, karena alasannya jelas: yang melukis semuanya sudah almarhum. Mengoleksi replikanya tentu lain rasanya saat memandang ataupun menyentuh tekstur lukisan di atas kanvasnya. Selain itu, menjaga tanaman agar berdaun-akar-buah sehat sejak tunas adalah kesulitan yang mirip.
Kesulitan mengasah berlian, mendapatkan lukisan yang terbatas jumlahnya, atau mengawasi tanaman (bahasa Inggrisnya: plant nursery) adalah kendala bagi garis penawaran. Selanjutnya, kurva permintaan digeser ke kanan. Caranya? Tentu fungsi media menjadi sangat besar di sini. “Wahai, ini ada lelang lukisan si X setelah sekian tahun tidak pernah ada yang tahu ia teronggok di satu pojok rumah cucu si Y bekas sahabat X…” maka terjadilah skandal pelukis terkenal itu.
Lalu apa hubungannya dengan Hillary Clinton? Kalau Hillary waktu itu dibuatkan acara penggalangan dana di salah satu rumah mewah milik pengusaha nasional sana, di sini acara penggalangan dananya masih malu-malu. Pertanyaan naif saya, tak bisakah kita memberikan asas GCG (good corporate governance) dan GPG (good public governance) dalam setiap pundi partai negeri ini?
Klik sini untuk baca (pdf file) perihal good public governance.
Klik sini untuk baca (doc file) perihal penyelenggaraan penggalangan dana secara umum (versi Amerika, karena di sini tentu tak ada pembedaan musim salju atau semi dkk).
Sekarang yang harus dicermati adalah bagaimana aliran uang itu masuk dari seonggok berlian, setumpuk daun hidup dan selembar kanvas lukisan, hingga ke pundi-pundi partai. Seharusnya KPU bisa lebih cerdas dari para pemilik anthurium dan amethyst.
When are we going to learn and grow up? Say no to korupsi? Yeah right, say yes to money laundering!