Teringat beberapa minggu silam sesorang kakek mengantar istrinya visum (periksa dokter) di RSCM jam 3 pagi. Saya kebetulan mengantar suami juga ke sana. Saat bersamaan saya dan si kakek berdiri jejer di kasir. Saya telah selesai membayar dan di dompet saya tersisa uang Rp 50 ribu. Saya mendengar percakapan kasir dan si kakek.
Kasir: “Bapak harus bayar penuh, Rp 110 ribu.”
Si kakek: “Saya hanya ada Rp 50 ribu, boleh dicicil minggu depan?”
Saya menangis dalam hati waktu itu. Ahhh… saya buka dompet dan saya genggam tangan kakek di samping saya. Saya hanya bisa bantu Rp 50 ribu dan saya berlari masuk ke dalam IGD tempat suami saya masih dirawat. Saya lari karena takut si kakek tersinggung… Saya menangis lagi sekarang saat mengingatnya.
Posting Facebook hari ini membuat saya berpikir lagi tentang “kesehatan untuk semua”. Saya mengomentari status seorang kawan tentang mahalnya biaya ambulan, bahwa lebih murah menggendong mayat anaknya naik kereta listrik dari Jakarta ke Bogor untuk dikubur di Bogor. Beritanya di sini http://goo.gl/1iCzu.
Ini posting saya di Facebook kawan saya itu:
“APBN kesehatan, sekali lagi, adalah melulu Askes (dibayar penuh hanya untuk PNS mau operasi bypass jantung puluhan juta pun), sedangkan rakyat pakai Jamkesmas Jamkesda atau Gakin itu negara hanya bayar sepersekian persen biaya kesehatan atau social security istilah amrikiyah… periksa dokter (visum) di IGD RSCM saja Rp 110 ribu, dan mau pulang tanpa bayar ya pasien ditahan (plus numpuk biaya admin inap IGD). “
Cuma di Indonesia… orang gajian lebih tajir dari majikannya…
Husaepah.Mr
Februari 25, 2012 at 10:26 pm
malam mba Mila, aku suka tulisan2nya…salam kenal By: Bpk. Husaepah di Kaltim
Husaepah.Mr
Februari 25, 2012 at 10:31 pm
malam mba Mila, aku suka tulisan2nya…salam kenal By: Bpk. Husaepah di Kaltim
Mila
Februari 26, 2012 at 10:30 am
Salam kenal Pak Husaepah, senang bisa berbagi. Suatu hari saya ke Samarinda lagi, karena kalau sudah minum air Mahakam, pasti kembali…