Inilah buku manajemen bulu tangkis di masa kejayaannya. Buku keren karena tokohnya super duper keren! Yang hadir juga super duper ultra keren: Christian Hadinata, Imelda Wiguna, Icuk Sugiarto, Verawati Fajrin, Ivanna Lie…
Ini cuplikan isi bukunya, yang diterbitkan terbatas:
Di dalamnya, sungguh sarat dengan nilai Islami yang berbaur dengan nilai inti kultur Bugis yang unik yaitu siri dan passe. Ekpresinya, berwujud ungkapan perilaku yang berani, mengutamakan harga diri, dan bersikap tegas di satu pihak, serta welas asih, kepedulian dan respek antarsesama di pihak lain. Meskipun demikian, ada juga pengaruh kultur Jawa pada dirinya yang menekankan “tata krama” dan nilai hormat dan loyal kepada tugas dan pimpinan. (haaman 23)
Betapa sering terdengar keluhan dalam suatu organisasi olahraga, ihwal iklim pembinaan yang kurang kondusif. Pencapaian tujuan program gagal terwujud. Para atlet sering mangkir latihan dengan berbagai alasan. Meskipun mereka mengikuti program latihan, tetapi tugas-tugas itu disikapinya dengan setengah hati. Hal ini tercermin misalnya dari perilaku yang ogah-ogahan, kurang bersemangat. Atau seperti istilah mantan pelatih PSSI yang sukses membina tim nasional tahun 1950-an, Anton ‘Toni” Pogacnik, “pemain korupsi dosis latihan.” Dalam perbincangan kami di perkampungan Senayan, sebelum Persib Bandung berangkat mengikuti turnamen “King Cup” 1978 di Bangkok, ia mengutarakan sikap negatif beberapa pemain sepakbola terhadap tugas latihan, yang dia sebut “tidak sungguh-sungguh”, dan disebutkannya beberapa nama sebagai contoh.
Sangat berbeda. Sungguh jauh perbedaannya di kalangan pemain bulutangkis generasi 1970-an yang dibina Tahir Djide, pemain angkatan Rudy Hartono, Liem Swie King dan lain-lain. Hal ini bukan saja di kalangan putera tetapi juga di kalangan puteri, seperti Imelda Wiguna, Retno Kustiah dan lain-lain. Perbedaan iklim pelatihan itu adalah buah hasil dari interaksi pemain dan pelatihnya. Tahir berhasil menciptakan suasana yang bersemangat, cerminan dari sikap positif pemain terhadap tugas latihan. Jangankan mengurangi dosis latihan, biasanya mereka malah menambahnya, disertai oleh dorongan untuk saling bersaing, dan saling mengungguli secara sehat. (halaman 169)
Hyderabad, India (ANTARA News) – Daftar pemenang kejuaraan dunia bulu tangkis sejak pertama kali diselenggarakan pada 1977 di Malmo, Swedia hingga terakhir 2009 di Hyderabad, India.
2009 (Hyderabad, India) – Tunggal putra: Lin Dan (China), Tunggal putri: Lu Lan (China), Ganda putra: Cai Yun/Fu Haifeng (China), Ganda putri: Zhang Yawen/Zhao Tingting (China), Ganda campuran: Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl (Denmark)
2007 (Kuala Lumpur, Malaysia) – Lin Dan (China), Zhu Lin (China), Markis Kido/Hendra Setiawan (Indonesia), Yang Wei/Zhang Jiewen (China), Nova Widianto/Liliyana Natsir (Indonesia)
2006 (Madrid, Spanyol) – Lin Dan (China), Xie Xingfang (China), Cai Yun/Fu Haifeng (China), Gao Ling/Huang Sui (China), Nathan Robertson/Gail Emms (Inggris)
2005 (Anaheim, AS) – Taufik Hidayat (Indonesia), Xie Xingfang (China), Tony Gunawan/Howard Bach (AS), Yang Wei/Zhang Jiewen (China), Nova Widianto/Liliyana Natsir (Indonesia)
2003 (Birmingham, Inggris) – Xia Xuanze (China), Zhang Ning (China), Lars Paaske/Jonas Rasmussen (Denmark), Gao Ling/Huang Sui (China), Kim Dong Moon/Ra Kyung Min (Korea)
2001 (Sevilla, Spanyol) – Hendrawan (Indonesia), Gong Ruina (China), Tony Gunawan/Halim Haryanto (Indonesia), Gao Ling/Huang Sui (China), Zhang Jun/Gao Ling (China)
1999 (Kopenhagen, Denmark) – Sun Jun (China), Camilla Martin (Denmark), Ha Tae Kwon/Kim Dong Moon (Korea), Ge Fei/Gu Jun (China), Kim Dong Moon/Ra Kyung Min (Korea)
1997 (Glasgow, Skotlandia) – Peter Rasmussen (Denmark), Ye Zhaoying (China), Chandra Wijaya/Sigit Budiarto (Indonesia), Ge Fei/Gu Jun (China), Liu Yong/Ge Fei (China)
1995 (Laussane, Swiss) – Heryanto Arbi (Indonesia), Ye Zhaoying (China), Rexy Mainaky/Ricky Subagja (Indonesia), Gil Toung Ah/Jang Hye Ock (Korea), Thomas Lund/Marlene Thomsen (Denmark)
1993 (Birmingham, Inggris) – Joko Suprianto (Indonesia), Susi Susanti (Indonesia), Rudy Gunawan/Ricky Subagja (Indonesia), Zhou Lei/Nong Qunhua (China), Thomas Lund/Catrine Bengtsson (Denmark/Swedia)
1991 (Kopenhagen, Denmark) – Zhao Jianhua (China), Tang Jiuhong (China), Park Jo Bong/Kim Moon Soo (Korea), Guan Weizhen/Nong Qunhua (China), Park Jo Bong/Chung Myung Hee (Korea)
1989 (Jakarta, Indonesia) – Yang Yang (China), Li Lingwei (China), Li Yongbo/Tian Bingyi (China), Lin Ying/Guan Weizhen (China), Park Jo Bong/Chung Myung Hee (Korea)
1987 (Beijing, China) – Yang Yang (China), Han Aiping (China), Li Yong Bo/Tian Bingyi (China), Lin Ying/Guan Weizhen (China), Shi Fangjing/Wang Pengren (China)
1985 (Calgary, Kanada) – Han Jian (China), Han Aiping (China), Park Joo Bong/Kim Moon Soo (Korea), Han Aiping/Li Lingwei (China), Park Jo Bong/Yoo Sang Hee (Korea)
1983 (Kopenhagen, Denmark) – Icuk Sugiarto (Indonesia), Li Lingwei (China), Jesper Helledie/Steen Fladberg (Denmark), Lin Ying/Wu Dixi (China), Thomas Kihkstrom/Nora Perry (Swedia/Inggris)
1980 (Jakarta, Indonesia) – Rudy Hartono (Indonesia), Verawati (Indonesia), Ade Chandra/Christian Hadinata (Indonesia), Nora Perry/Jane Webster (Inggris), Christian Hadinata/Imelda Wiguna (Indonesia)
1977 (Malmo, Swedia) – Delfs Fleming (Denmark), Lene Koppen (Denmark), Tjun Tjun/Wahyudi Johan (Indonesia), Ueno Eriko/Toganoo Etsuko (Jepang), Steen Skovgaard/Lene Koppen (Denmark).(*)
Editor: Ruslan Burhani
bulumoto
September 27, 2013 at 7:53 am
semoga dapat menjadi contoh dan inspirasi positif bagi pelatih bulutangkis khususnya dan memotivasi pelatih tiap cabor di Indonesia sehingga “Supremasi Bulutangkis Indonesia” dapat diwujudkan kembali..aamiin yra (Deta, BM77 Indonesia)
galih cangra salamina
Desember 2, 2014 at 10:00 am
maaf ada buku pa tahir jide yg membahas footwork g?tentang footwork