Boleh dong kritisi seleksi masuk SD, SMP hingga SMA/SMAK Negeri tahun ini? Ya selama konstruktif (bukan emosional gitchuuuw), tentu boleh. Lagipula ini wordpress saya, tong sampah atas pemikiran-pemikiran saya. Jadi begini, saya baru melihat kalau seleksi itu dibagi 3 loket: IPA, IPS dan terkadang Bahasa. Kalau sekarang (di situs web PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) DKI Jakarta itu ya MIA, IIS dan IIB.
Nah, yang lucu itu parameter seleksinya via UN (ujian nasional) ya cuma materi IPA dan Matematika saja yang berbau MIA (matematika dan ilmu-ilmu alam). Tak ada ilmu-ilmu sosial disaring jika anak ingin masuk IPS. Sementara itu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, materi yang diuji di UN juga, menjadi parameter seleksi diterima atau tidaknya seorang anak masuk di Sistem PPDB ini. Dan tidak semua SMA/SMAKN itu memiliki Jurusan Bahasa. Untuk seleksi IIB (ilmu-ilmu bahasa ) yang jadi parameter ya dua ujian nasional untuk bahasa tadi. Yang jadi anak tiri itu ya IIS, karena tak ada ilmu sosial (ekonomi, geografi, sejarah, atau yang non-eksakta itu), yang diuji di UN.
Kelucuan kedua (mungkin apple to durian kali ya?) adalah nilai total mata ujian IPA-Matematika-Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris itu artinya 4 bagian untuk 1 jurusan. Ada 3 jurusan, yang seakan diranking tertinggi itu MIA dan terendah itu IIB. Hmmm… inilah kerumitan sistem yang apple to kesemek, apple to durian, kedondong, duku, bengkoang dan beragam kecerdasan bocah itu. Semua buah dianggap apel. Kalau buahnya berbau menusuk, dianggap itu apel busuk? Cempedak itu enak, brader…
Karena tiap anak itu unik… paham?