RSS

Arsip Harian: Februari 25, 2008

Baca semua in inglish plis…


Pernah menonton film Groundhog Day (1993, Bill Murray dan Andie McDowell)? Atau klip video Craig David “Seven Days”? Tentu semuanya dalam Bahasa Inggris. Jika seorang bisa mengulang satu hari berkali-kali untuk menyempurnakan kesalahan, mungkin saya adalah orang yang pertama kali mendaftar. Terkesan tidak mensyukuri diri sendiri? Tidak juga, titik awal yang ingin saya perbaiki hanya satu: saat satelit Palapa mengangkasa. Loh kok?

bill-gates-neil-postman.jpg

Sebagai satu pipa saluran informasi, Palapa yang pertama adalah satelit yang “membawa Indonesia mengangkasa”. Sejak itu angkasa di atas khatulistiwa negeri ini sungguh padat merayap oleh satelit negara lain. Sejak saat itu, Indonesia tidak pernah lagi “belajar bahasa Inggris” untuk membaca peraturan International Telecommunications Union (ITU), sehingga tertinggal jauh dengan negara tetangga yang anggota Commonwealth itu. Orang Indonesia juga tak banyak membaca buku teks ilmu yang sayangnya banyak ditulis oleh pemikir-pemikir bule. Salah duanya adalah Postman dan Gates. Check this out:

***

Saya hendak mengawali dengan frasa: “The Age of Reason” yang merupakan titik usia seorang manusia dianggap berakal. Saya tak ingin mengangkat tulisan Sartre yang mendebat soal gereja yang corrupted atau masalah mendasar tentang agama dan kepercayaan manusia. Istilah age of reason ini terkait dengan media. Sebelum alat cetak Gutenberg mendunia, tak banyak lukisan maestro yang menggambarkan anak kecil karena usia 7 tahun telah dianggap sebagai manusia dewasa. Mereka tak lagi menjadi obyek lucu atau indah untuk dilukis. Selanjutnya, usia anak yang dianggap berakal naik menjadi 13-14 tahun karena harus membaca dan mengerti isi bacaannya.

Televisi kemudian hadir. Semua bacaan jadi visual dan bergerak. Dengan adanya program televisi “triple X” kemudian usia anak dewasa naik lagi menjadi 18. Apakah kemudian angka ini naik terus? Tidak juga. Karena literasi anak terhadap media bisa saja berubah.

Yang kemudian menjadi menarik adalah pergerakan “mesin” itu sendiri. Televisi berwarna ditemukan dan ditakuti banyak orang akan menggantikan radio dan koran. Sayangnya, hal ini tak terjadi. Saat jaringan internet dan konvergensi digital menjadi matang, televisi juga tidak mati. This is The Age of Reasoning, by the way. Berpikir (reasoning) tak henti.

Tak ada media mati, tapi hanya bergeser fungsinya dan berganti model bisnisnya. Platform media bisa berubah, pipa salurannya juga bergerak terus. Dari satu “bentuk” media ke “bentuk” lain, ada teknologi yang mendorong “pembentukannya”. Temuan teknologi adalah proses S-Curve bersambut S-Curve yang lain.

ti-pol2.gif

Di saat Bill Gates salah memprediksi (640K for every PC is enough?), Neil Postman (1931-2003) secara bijak malah memberikan perenungan bagi kita semua:

“… technological change is always a Faustian bargain: Technology giveth and technology taketh away, and not always in equal measure. A new technology sometimes creates more than it destroys. Sometimes, it destroys more than it creates. But it is never one-sided.”

Dari dasar pemikiran ini, tak semua insinyur harus menjadi tukang, bukan? Ada beberapa bacaan singkat (sebelum semua buku Neil Postman diterjemahkan ke Bahasa Indonesia?) yang bisa diakses untuk memahami teknologi dari kacamata yang lebih besar (klik di sini). “Lihat keluar jendela kereta, kita bisa berlari bersama pepohonan. Bandingkan saat kita hanya duduk memperhatikan pinggiran jendela kereta: pepohonan berlari kencang di luar sana” (Albert Einstein). In English, please.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 25, 2008 inci information, media, satellite, technology, telecommunication, theory